Gili Labak, The Hidden Paradise


Setelah UTS selesai, salah satu lembaga kemahasiswaan di fakultas saya mengadakan studi banding ke lembaga kemahasiswaan yang ada di ITS dan Universitas Trunojoyo yang selanjutnya diteruskan jalan-jalan sebentar ke Gili Labak. Pesertanya selain anggota lembaga tersebut juga mahasiswa biasa lainnya. Bayarnya sama saja, setiap orang ditarik 250.000 rupiah sudah termasuk tiga kali makan, dua kali snack, biaya perjalanan malang-madura, serta wisata ke Api yang tak kunjung padam dan Gili Labak. Banyak orang yang bilang itu murah, iya itu murah banget. Banyak saya lihat-lihat paket wisata ke gili labak di instagram rata-rata 250 dan itu harus meeting point di Surabaya dan hanya sekali makan. Padahal kalau teman-teman tau, kalau kita udah jalan sampai pelabuhan kali anget dan tinggal ambil paket wisata kalianget-gili labak hanya bayar 75.000 termasuk makan sekali, penyebrangan, dan alat-alat untuk snorkeling.

Suasana Studi Banding

Cerita kita mulai dari studi banding. Kita berangkat pada 16 April 2016 dari Malang dan langsung ke ITS. Perjalanan sekitar dua jam dan sampailah kita di ITS. Hari itu adalah hari pertama saya menginjakkan kaki di ITS, kesannya adalah rapi dan sama aja sih sebenernya dengan UB. Bedanya kalau UB banyak lahannya untuk parkir yang sering bikin macet. Studi banding kali ini dilakukan dengan BEM Arsitektur. Diskusi berjalan dengan lancar, banyak sekali informasi yang kita dapatkan dari BEM ITS mulai dari pembagian job desc BEM Pusat, BEM Fakultas, Himpunan, dan informasi-informasi lain yang berkenaan dengan sistem pendidikannya. Selesai studi banding di ITS kami melanjutkan perjalanan ke Universitas Trunojoyo.

Bersama teman-teman UNTAR

Melihat Universitas Trunojoyo saya sedikit kaget, masalahnya kampusnya tidak terletak di pusat kota melainkan masuk ke dalam-dalam dan dekat dengan sawah. Untuk bangunannya cukup bagus bahkan ada salah satu gedung yang mirip dengan white house karena memang putih dan besar. Di Universitas Trunojoyo kami disambut dengan sangat meriah, acara dibuka dengan tarian-tarian daerah yang kemudian baru dilanjutkan dengan sesi diskusi. Kami mengikuti sesi diskusi dengan sangat antusius, terutama ketika diskusi mengenai jurusan. Banyak program kerja yang menarik yang mungkin bisa diadopsi oleh himpunan jurusan di UB, salah satu yang menarik perhatian saya adalah pelatihan pembuatan desain produk. Mengingat jurusan saya berhubungan sekali dengan pembuatan desain-desain produk hasil pertanian.

Api yang Tak Kunjung Padam

Selesai studi banding, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu tempat wisata yaitu Api yang Tak Kunjung Padam. Di tempat ini saya sedikit kecewa, pasalnya saya pikir akan ada kawah semacam Bromo kemudian ada api yang nyala dan gak padam. Eh ternyata hanya ada lingkaran dengan api yang memang gak bisa mati, udah gitu aja. Hiks Ketjewaaa ngetsss..
Saya berharap gili labaknya gak zonk seperti wisata pertama. Sebelum ke Gili Labak rombongan mampir ke salah satu rumah teman kami Eko yang ada di Madura untuk bersilaturahmi dan beristirahat sebentar. Sekitar pukul 3 pagi kami baru melanjutkan perjalanan kami ke Gili Labak. Ooooo, i’m very exited about it.

Mau kesana lagi

Sesampainya di pelabuhan kalianget, rombongan di bagi menjadi dua kapal. Selama 15 menit perjalanan awal kami ha ha hi hi di atas kapal gembira, 30 menit kemudian kami bosan. Ternyata perjalanan menyebrang ke Gili Labak memang lama karena kami harus menghabiskan waktu 2 jam kami di atas kapal. Namun, perjalanan dua jam itu terbayar dengan keindahan pulau Gili Labak. Sumpah, sumpah, sumpah, saya gak bisa berkata-kata lagi tentang Gili Labak. Gak salah deh orang pada nyebut Hidden Paradise, memang kaya surga bangeeeet deh. Dan di Gili Labak itu pertama kali saya nyobain snorkeling setelah beberapa kali saya gagal snorkeling karena takut dan memang gak bisa renang. Ketika berhasil snorkeling saya seneng banget, saya bisa ngapung di atas air terus bisa lihat ikan-ikan badut yang lucuuuuu. Ah, suatu hari saya harus bisa renang biar bisa diving.

Keliatan seumurankan?

Beberapa jam waktu kami habiskan di Gili Labak, melihat keindahan alam yang Subhanallah tiada terkira. Bagai serpihan surga yang secara tidak sengaja terjatuh di bumi. Ketika Tuhan telah menganugerahkan keindahan, kewajiban kita adalah menjaganya. Apakah sulit untuk kita lakukan? Semoga semua manusia sadar akan kewajibannya tersebut.

Suka anget sama kulit saya ini, eksootis

Saya janji, suatu saat akan kembali lagi ke Gili Labak. Saya masih belum punya foto underwater yang bagus. Saya masih belum bisa berenang, saya masih panik ketika ngelihat banyak air. Aaah, iya suatu saat nanti pasti akan kembali kesana. Yuk kesana bareng saya?

Mau foto yang lebih banyak bisa kepoin instagram saya di @rizkyashya.jpg
Ini foto saya ada yang diregram sama @ayokesumenep so Happy :p


Sampai Jumpa
Semoga Bahagia

You Might Also Like

14 komentar

  1. Huaah ini posting racuuun..
    Gili labak.. bagus yaa aku kira ini dulu ada nya di ntt ntb gitu soalnya mirip sama gili gili yang disana namanya haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya aku dulu mikir juga di n n an ternyata di madura heheu
      kuy ke gili labak :p

      Hapus
  2. ini nih cari ilmu studi banding ke kampus lain sekalian juga dirangkap jalan-jalan yaa haha. 250rb itu beneran loh tergolong murah kak. apalagi dapat jatah makan yag lumayan gitu.

    wahh, baru habis dari ITS yaa, kapan-kapan main-main kesana lagi deh. di dekat ITS ada tempat food court bagus loh hehe.

    dulu aku sempat mau ke gili labak, udah direncanain tapi nggak jadi. dan setelah baca ini aku malah kepengen buat berangkat kesana lagi. yang aku ingin itu snorklingnya, soalnya aku pengen lihat indahnya bawah laut indonesia...

    BalasHapus
    Balasan
    1. heh sumpah ada food court bagus? iya, kapan kapan aku main ke sana lagi deh hehe

      tapi di gili labak gak terlalu bagus sih buat snorkeling, karangnya mati hehe

      Hapus
  3. Sebenarnya studi bandingnya nggak begitu penting sih (pengalaman). Yang penting mah jalan-jalannya. Jalan-jalan. JALAN-JALAN(tiba2capslock sendiri). Apalagi gili labak kayak gituuuh. Putih gitu pasirnya. Keren. Keren. KEREN (kok jadi capslock lagi sih).

    BalasHapus
    Balasan
    1. heem, iya jalan-jalannya yang bikin semangat wkwk

      Hapus
  4. Baru tau dan pantainya masih sebersih itu, moga-moga keindahan dan kebersihan Gili Labak tetap terjaga deh, dan terhindar dari pewisata yang gak bertanggung jawab.

    BalasHapus
  5. Gue mau komentarin emang banyak kok universitas yang di pinggir2 sawah gitu. Banyak kok klo menurut gue. Jadi jangan heran gitu... hihi

    Eh iya, pantainya kece bgt ya. Jadi pengen kesana. Mau temenin gak? Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh iya baru tau soalnya kan negri gitu univnya heheu

      ayook ayook ke gili labak

      Hapus
  6. Huaaa itu sih enaknya double ya kak.
    Selain dapat ilmu lebih dari studi bandingnya, bisa sekalian jalan jalan pula. Lumayan buat sekadar tambah pengalaman sih, daripada lumanyun kan ya kak hahaha. Terlebih, pantainya itu loh, siapa coba yang gak mau explore ke sana. Palingan ya harus benar benar dilestarikan aja sih itu Terlebih lagi, cuma modal segitu aja buat bisa ikutan pergi. Aku juga mau. Heu.

    BalasHapus
  7. Hidden paradise?? baru denger deh, tapi kalau pemandangannya kayak gitu ya emang sih Gili Labak cocok dapat julukan itu.
    Eh itu apinya beneran gak bisa padam>? kok aku malah penasaran ya? padahal km kecewa hahahhaa
    Enak ya study banding plus jalan2 asoooy

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh yg tempat api itu kaya pasar malem, jadi gak sesuai ekspektasi hehe

      Hapus

Seperti didengarkan jika kamu memberi komentar :)