Teacher, You’re My Angel (Bagian 1)



Matahari pagi selalu menepati janjinya. Ia akan terus muncul setiap hari menemani beribu umat manusia menjalankan aktivitasnya. Pohon-pohon tersenyum seakan bahagia dihujani sinarnya dan mampu bernafas lega. Dedaunan yang jatuh di jalanan bukan karena kering saja, namun ada dedaunan yang dengan ikhlas berkenalan pada kerasnya batuan. Matahari selalu punya peran tersembunyi diantara segala sesuatu yang berjalan di dunia ini.

Haris Lembasa, salah satu siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Serang. Haris merupakan siswa yang pintar namun sayangnya ia tak pernah menyadarinya. Sisi kepintaran yang dimilikinya telah tertimbun oleh beberapa kebiasaan serta perilaku yang buruk di sekolah. Haris memiliki tingkat emosi yang cukup tinggi dan membuatnya sering berkelahi dengan teman-temannya di sekolah. Tak jarang, ia membolos di jam aktif sekolah karena merasa bosan dan lebih tertarik bermain game di warnet (warung internet). Haris tinggal bersama kakek dan neneknya, sedangkan kedua orangtuanya tinggal jauh di luar negeri dan hanya sesekali datang ke Indonesia. Haris memiliki sikap yang amat sangat baik apabila dengan kakek dan neneknya karena mereka berdua yang sangat menyayangi Haris sejak ia kecil. Haris tidak pernah memperlakukan kedua orangtuanya sebaik ia memperlakukan kakek dan neneknya.

Humaniqa Tanujaya Putri, salah satu siswi Sekolah Menengah Atas di Kota Serang. Ia lebih akrab dengan panggilan Aniqa. Aniqa merupakan teman satu sekolah Haris, namun mereka berada di kelas yang berbeda. Aniqa berparas cantik dan memiliki sikap yang baik serta lemah lembut. Ia tidak terlalu pintar tetapi dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Diluar jam sekolah, Aniqa memiliki kegiatan les privat yang sangat padat. Terkadang Aniqa merasa tertekan karena dituntut oleh kedua orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri setelah tamat SMA nanti. Aniqa tidak memiliki ketertarikan untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, namun paksaan dari kedua orangtuanya yang mengharuskan ia belajar giat. Hobi Aniqa sedari kecil ialah bermain bola basket. Menurutnya, olahraga tersebut sangat menyenangkan untuk dilakukan. Tetapi ketika memasuki SMA, kedua orangtuanya melarang Aniqa untuk bermain basket lagi dikarenakan kondisi kesehatan Aniqa yang tidak cukup baik. Aniqa tidak patah semangat hanya karena kondisi kesehatannya yang tidak baik, ia kerap bermain basket sore hari di lapangan dekat rumahnya. Ia memiliki teman kecil, tetangganya, bernama Azwar. Azwar lah yang biasa menemani Aniqa bermain basket dan membantunya mencari alasan ketika orangtua Aniqa mulai curiga kenapa Aniqa pulang bermain dengan wajah lelah.

Haris dan Aniqa duduk di kelas 3 SMA. Tahun ini merupakan tahun terakhir di sekolah bagi mereka. Haris tidak peduli, meskipun telah diperingatkan berkali-kali oleh guru BK agar tidak menambah poin pelanggaran, karena itu akan memberatkan catatan kelulusannya. Aniqa tetap dengan perasaan datar menginjak tahun terakhir. Di dalam pikirannya, ia selalu terbebani harus mendapatkan nilai yang bagus setiap ujian agar catatan nilainya dapat dipertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri seperti harapan orangtuanya. Aniqa hampir tidak pernah memiliki poin pelanggaran di sekolah. Meskipun begitu, Aniqa sering sekali datang ke ruang BK karena ia senang bertemu dan mengobrol dengan salah satu guru BK, yaitu Bu Fatma. Bu Fatma sudah seperti sahabat baik bagi Aniqa. Ia sering mencurahkan isi hatinya dan keluh kesahnya kepada Bu Fatma, karena menurutnya Bu Fatma adalah satu-satunya orang yang paling mengerti tentangnya.

Selasa pagi, Kepala Sekolah memasuki kelas Haris untuk memberikan pengumumman.

“Selamat pagi, Anak-anak! Hari ini kalian akan mendapatkan wali kelas baru untuk menggantikan Pak Hilal yang baru saja pensiun. Silahkan masuk, Pak Bram..” kata Kepala Sekolah di depan kelas, serta mempersilahkan seseorang yang sedari tadi ada di ujung pintu kelas.

“Selamat pagi. Perkenalkan nama Saya Bram Putra. Saya akan menjadi wali kelas kalian yang baru menggantikan Pak Hilal.” sapa wali kelas baru dengan nada yang tegas dan tatapan yang keras.

Sontak anak-anak merasa tegang dan canggung melihat wali kelas mereka yang baru. Banyak diantara mereka yang berpikir bahwa Pak Bram nantinya akan menjadi wali kelas yang galak, tidak seperti Pak Hilal yang ramah. Haris yang sedari tadi memandangi lapangan sekolah dari jendela kelasnya tidak terlalu tertarik dengan perkenalan wali kelas baru. Baginya, siapapun wali kelasnya pasti akan selalu memberikan ceramah panjang lebar saat ia dipanggil guru BK. Pak Bram merupakan salah satu lulusan terbaik di kampusnya. Ia menguasai hampir seluruh mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Selain menjadi wali kelas baru di kelas Haris, Pak Bram juga merangkap sebagai guru pengganti mata pelajaran apabila guru yang bersangkutan berhalangan hadir.

Dua minggu berjalan, Pak Bram sedikit banyak telah mengenal beberapa murid di kelasnya beserta catatan apa saja yang mereka miliki selama hampir tiga tahun di sekolah. Haris merupakan siswa yang paling banyak memiliki poin pelanggaran di catatan yang ada di BK. Saat bel istirahat berbunyi, Haris melompat keluar pagar sekolah dan melakukan aksi bolos sekolahnya seperti biasa. Pak Bram hanya melihat kelakuan Haris dari kejauhan. Pandangan Pak Bram akhirnya teralihkan karena suara Aniqa yang tiba-tiba menyapanya.

“Selamat siang, Pak Bram. Saya Aniqa dari kelas IPA. Bu Fatma meminta tolong agar Saya memberikan catatan-catatan ini pada Bapak. Ini, Pak.. Silahkan,” kata Aniqa dengan tersenyum dan menyodorkan beberapa catatan BK.

“Oh iya, terimakasih Aniqa.” balas Pak Bram dengan tegas.

“Kalau begitu Saya permisi ya, Pak.” kata Aniqa seraya bergegas meninggalkan Pak Bram. Sementara itu, Pak Bram mulai membuka dan membaca catatan-catatan pelanggaran murid di kelasnya. Pak Bram melihat catatan tersebut dengan serius meskipun dalam posisi bersandar pada tembok di lobby sekolah.

“Haris Lembasa.. Baik, mulai besok kamu akan merasa sulit untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran yang membuatmu menjadi orang yang tidak berguna.” gumam Pak Bram pelan. Lalu, ia segera merapikan catatan maupun berkas-berkas yang ada di meja kerjanya.

Hari esok pun tiba. Udara segar menyambut semua orang yang melakukan aktivitasnya. Kicauan burung turut serta meramaikan suasana pagi hari. Warna cat gerbang sekolah masih memperlihatkan warna yang menenangkan pikiran. Setenang pikiran Aniqa pagi ini. Ia mulai memarkirkan motornya di tempat parkir kendaraan siswa. Beberapa menit kemudian, sebelum Aniqa meninggalkan tempat parkir, Haris datang. Ia juga memarkirkan motornya, namun tidak disangka ia malah menabrak motor milik Aniqa yang sudah di parkir. BRUUAAAKK!! Suara keras itu membuat Aniqa menoleh dan beberapa siswa di sekitar tempat parkir sontak terkejut. Aniqa menghampiri dimana Haris sedang berdiri, sedangkan anak lainnya tidak begitu peduli dan langsung berhamburan meninggalkan tempat parkir.

“Astagaaaaaa!” teriak Aniqa spontan saat melihat motornya yang jatuh ke samping.

“Sorry.” respon Haris singkat dengan nada santai dan tetap merapikan motornya di tempat parkir.

“Kalau kamu merasa bersalah, kamu juga harus tanggung jawab buat berdiriin lagi motorku dan parkirin ke tempat semula!” kata Aniqa dengan tatapan kesal pada Haris. Haris hanya diam dan menatap balik ke arah Aniqa. Setelah itu, Haris akan beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

“Denger gak sih kalau ada orang lagi ngomong?!” ketus Aniqa sembari menahan lengan Haris agar tidak bisa melarikan diri. Haris melihat tangan Aniqa menahan lengannya, langsung saja ia melemparkan tangan Aniqa dengan kasar.

“Motormu lebih kecil daripada motorku. Pasti gak berat juga. Lagian aku udah minta maaf, kan?” jawab Haris dengan wajah santainya. Aniqa benar-benar kesal mendengar jawaban Haris. Lalu, Haris benar-benar meninggalkan Aniqa yang masih bingung harus minta bantuan siapa karena tempat parkir mulai sepi. Sedetik kemudian, Aniqa berusaha mengangkat sendiri motornya agar bisa kembali ke posisi semula. Aniqa tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini. Ketika motornya kembali ke posisi semula, ia merasakan pergelangan tangannya sakit. Ia pun menghiraukan karena memang tidak terluka atau berdarah. Kemudian Aniqa berjalan ke ruang kelas dengan perasaan kesal dan lelah.

Jam istirahat pertama, Pak Bram memanggil Aniqa untuk datang ke ruangannya. Semenjak hari itu, Aniqa sangat dekat dengan Pak Bram. Pak Bram memang sering memanggilnya ketika jam istirahat pertama. Meskipun Pak Bram bukan wali kelasnya, tetapi Pak Bram seperti sosok teman sekaligus Ayah baginya di sekolah. Selain kepeduliannya terhadap Aniqa, Pak Bram memang memiliki maksut dan tujuan tertentu. Pak Bram ingin sekali Aniqa bisa membantu Haris untuk berubah. Meskipun tidak secara langsung diketahui oleh Aniqa, namun Pak Bram terus mencari cara. Pak Bram memang agak kesulitan mendekatkan Aniqa kepada Haris karena mereka berdua  berbeda jurusan.

Dua hari kemudian, Aniqa datang ke sekolah dengan salah satu pergelangan tangannya yang memar. Memang tidak dia tutupi dengan kain atau jaket sehingga orang pasti melihat warna biru keunguan di pergelangan tangannya. Aniqa melewati pagar belakang sekolah saat ia jenuh mengikuti kelas dan ijin ke kamar mandi. Aniqa melihat seorang siswa sedang berjalan berusaha ingin melompat pagar.

“Ah, I see! Pak Bram pernah bilang kalau ada anak yang suka banget bolos jam pelajaran dan loncat pagar. Namanya siapa ya...hm, Haris? Apa dia ya?” pikir Aniqa tiba-tiba. Diam-diam Aniqa mengikuti siswa tersebut, setelah dekat akhirnya Aniqa memberanikan diri untuk menegurnya.

“Hayooo!! Mau bolos ya? Aku aduin ah!” teriak Aniqa. Spontan Haris langsung menarik badan Aniqa dan menutup mulutnya dengan tangan. Aniqa terkejut dan mulai kesulitan bernafas.

“Gila ya! Mulut udah kayak speaker upacara aja! Arrgghhh..” gumam Haris di dekat telinga Aniqa dengan nada kesal. Aniqa berusaha melepas bungkaman tangan Haris dari mulutnya. Haris melepaskannya.

“Ngapain sih kamu ngurusin urusan orang lain? Ha?!” bentak Haris.

“Eh aku tuh bukannya mau ngurusin urusan orang lain. Tapi aku tuh kasian aja sama orangtua kamu. Kamu di sekolahin biar jadi anak yang bener, eh tapi malah gak bener.” Aniqa mengomel.

“Udah deh, males juga aku dengerin kamu. Udah, jangan urusin urusanku!” kata Haris dan dia mulai menaikan kakinya ke pagar bersiap untuk melakukan aksi bolosnya. Sontak Aniqa menarik tas Haris sekuat tenaganya. Haris menoleh dan terus menarik tasnya semampunya, tetapi tenaga Aniqa lebih besar dari yang dia bayangkan. Keseimbangan Haris akhirnya runtuh dan akhirnya Haris jatuh ke rumput setelah Aniqa jatuh.

“Aww...” Aniqa merintih kesakitan. Tangan untuk menarik Haris tadi adalah tangannya yang memar. Haris menoleh dan tidak sengaja juga melihat pergelangan tangan Aniqa. Haris menatap Aniqa yang kesakitan lalu teringat kejadian di tempat parkir sekolah dua hari yang lalu.

Haris dengan perasaan kesalnya bangkit dan berdiri, sedangkan Aniqa masih duduk tersungkur sambil memegangi pergelangan tangannya. Haris membantunya untuk berdiri. Lalu menyeret lengan Aniqa untuk pergi ke UKS.

“Hei! Mau kemana sih? Aku harus kembali ke kelas sekarang. Awww... jangan tarik-tarik tanganku!” gerutu Aniqa selama Haris menariknya menuju UKS.

Sesampainya di UKS, Haris menyuruh Aniqa untuk duduk. Ia pun sibuk mencari obat pereda memar yang ada di lemari ruangan. Haris terlihat hafal dengan ruang UKS karena ia juga tak jarang berkelahi di sekolah. Aniqa hanya terdiam memperhatikan Haris. Beberapa menit kemudian, Haris menemukan obatnya dan langsung mengobati pergelangan tangan Aniqa yang sudah terlihat sangat parah. Awalnya Aniqa menolak tapi Haris bersikeras.

“Udah nih. Lain kali gak usah ikut campur urusan orang lain.” kata Haris. Aniqa hanya memandangi pergelangan tangannya.

“Aku kira tukang bolos gak bisa peduli hahaha.” kata Aniqa sambil tertawa. Haris terkejut melihatnya tertawa. Secepat mungkin dia menyadarkan dirinya ketika Aniqa mulai melihatnya. Haris beranjak dari tempat duduknya.

“Aku kembali ke kelas, itung-itung nebus kesalahanku dua hari yang lalu.” sambil bergegas pergi meninggalkan Aniqa yang masih diam duduk di UKS. Sesaat kemudian, Aniqa kembali ke kelas. Dari kejauhan, Pak Bram melihat semua kejadian itu. Ia berharap semoga Aniqa bisa menjadi salah satu cara untuk membuat Haris lebih baik, setidaknya dengan Haris tidak berulah di sekolah. Haris harus memperjuangkan catatan sekolahnya agar tetap bisa lulus dan digunakan untuk mendaftar ke perguruan tinggi.

Bel pulang pun berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas dengan wajah riang gembira seakan lupa akan kejenuhan serta kelelahan mereka selama di kelas. Tempat parkir seketika ramai. Aniqa berpikir untuk mengulur waktu sambil menunggu keramaian tersebut hilang.

“Aniqa...” panggil Pak Bram dari arah belakang Aniqa. Aniqa pun langsung menoleh mendengar suara yang tidak asing di telinganya.

“Eh, Pak Bram, hehehe.” sapa Aniqa ramah dan tersenyum. Pak Bram juga tersenyum.

“Kok tidak langsung pulang? Lagi nungguin apa? Atau nungguin siapa?” tanya Pak Bram ramah.

“Nggak lagi nunggu siapa-siapa kok, Pak. Saya hanya menunggu tempat parkir sampai tidak ramai lagi. Jadi lebih mudah untuk mengeluarkan motor.” jawabnya sambil tersenyum.

“Aniqa, kamu harus hati-hati dan waspada kalau sedang berkendara. Terkadang, meskipun kita sudah hati-hati pasti ada saja orang lain yang kurang waspada sehingga bisa menyebabkan kita celaka juga. Terlebih lagi kita harus fokus melihat jalan maupun rambu-rambu. Jangan sampai saat kita lelah atau sedang banyak pikiran membuat kita menjadi tidak fokus.” kata Pak Bram memberi nasehat. Aniqa mengangguk mengerti dan tersenyum.

“Lalu tangan kamu bagaimana? Apakah bisa untuk menyetir, Aniqa?” tanya Pak Bram sesaat melihat pergelangan tangan Aniqa. Aniqa spontan melihat pergelangan tangannya sendiri.

“Oh tidak apa-apa, Pak. Saya bisa kok. Rumah Saya juga tidak terlalu jauh. Saya baik-baik saja.” jawabnya. Pak Bram tersenyum lalu segera kembali ke dalam kantor meninggalkan Aniqa di lobby sekolah. Beberapa menit kemudian, Aniqa melihat tempat parkir menjadi sedikit sepi. Akhirnya ia memutuskan menuju tempat parkir agar ia bisa segera pulang.

--------------------------------------------------------------------------------------------


Lalu apa yang akan terjadi dengan Aniqa dan Haris?

Tunggu kelanjutannya ya minggu depan

Sampai jumpa
Semoga bahagia

You Might Also Like

0 komentar

Seperti didengarkan jika kamu memberi komentar :)